Baca: Roma 8:18-25
“Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan.” Roma 8:24a
Semua orang pasti memiliki banyak keinginan dan juga harapan dalam
hidupnya. Tak seorang pun mau menjalani hari-hari tanpa ada harapan yang
hendak dicapai. Jika tanpa pengharapan orang akan menjalani hidupnya
asal-asalan, monoton dan tanpa semangat.
Siapakah di antara kita yang tidak ingin menjadi orang yang sukses,
mapan dan bermasa depan cerah? Itulah sebabnya kita mulai
merancang/merencanakan segala sesuatunya sejak dini, agar apa yang kita
harapkan menjadi kenyataan. Sebagai orangtua kita pasti memiliki
pengharapan yang besar terhadap anak-anak kita: sukses dalam studi juga
karir. Begitu juga bagi si lajang, ia memiliki harapan-harapan dalam
hidupnya: pekerjaan yang mapan, punya rumah dan mobil, serta memiliki
pasangan hidup sesuai yang diinginkan. Itu adalah gambaran pengharapan
semua orang selama hidup di dunia ini, padahal kita tahu bahwa kehidupan
di dunia ini hanyalah sementara (tidak kekal).
Maka dari itu adalah bijak bagi kita sebagai orang percaya untuk tidak
menggantungkan pengharapan kepada hal-hal yang kelihatan, karena tidak
ada satu hal pun yang bisa kita harapkan dan andalkan di dunia ini, “...sebab
bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika
kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan
tekun.” (ayat 24b-25). Lalu kepada siapa kita menaruh pengharapan
itu? Hanya satu saja yang bisa menjadi pengharapan kita yaitu
pengharapan di dalam Yesus Kristus. Dia berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10b). Jadi, “Jikalau
kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yohanes 15:7).
Bila kita berharap kepada Yesus pengharapan itu tidak pernah mengecewakan (baca Roma 5:5),
karena Dia tak pernah lalai menepati janjiNya! Dan saat kita menaruh
pengharapan kita padaNya kita beroleh kekuatan dan semakin kokoh meski
berada di tengah badai pencobaan, karena pengharapan itu seperti sauh
yang kuat (baca Ibrani 6:19).
Jangan pernah sedikit pun melepaskan pengharapan kita kepada Tuhan, karena ada kemuliaan yang Ia sediakan (baca Efesus 1:18).
sebelum saya tutup renungan ini, ada sedikit cerita..
Ada seorang yang buta sejak usia 15
tahun. Ia sempat menikmati indahnya alam sekitar. Ia mengalami penurunan
penglihatannya ketika berusia sepuluh tahun. Baru ketika berusia 15
tahun, ia tidak bisa melihat secara total. Meski buta, ia tetap memiliki
suatu pengharapan bahwa suatu ketika ia akan dapat melihat lagi. Karena
itu, ia tidak pernah putus berada dalam pengharaoan seperti itu. Bahkan
ia bertambah semangat dalam meniti hari-hari hidupnya.
Di mana harapan itu ia letakkan? Menurut pengakuannya, ia
letakkan harapannya pada Tuhan. Ia masih berharap bahwa suatu ketika
terjadi mukjizat atas dirinya. Dan yang hanya dapat membuat mukjizat
adalah Tuhan. Karena itu, ia menyiapkan hatinya sebaik-baiknya, agar
mukjizat dapat terjadi atas dirinya.
Suatu hari, seorang temannya datang mengunjunginya. Teman
itu sangat menaruh rasa simpatik padanya. Ia sedih menyaksikan
sahabatnya itu mengalami penderitaan itu. Namun si buta itu berkata,
“Teman, Anda tidak perlu sedih melihat penderitaan saya. Saya bahkan
tidak menderita sedikit pun. Saya punya harapan bahwa suatu ketika Tuhan
akan menyembuhkan saya. Saya yakin, Tuhan yang mampu melakukan semua
itu.”
Temannya ia bertanya, “Seandainya mukjizat itu tidak terjadi, apa kamu masih percaya kepada Tuhan?”
Tanpa pikir panjang, si buta itu berkata, “Tentu saja. Tuhan
toh tidak hanya membuat mukjizat penyembuhan. Tuhan juga begitu dekat
dengan saya. Tuhan melindungi saya setiap hari. Jadi tidak ada alasan
untuk meninggalkan Tuhan.”
Inilah pengalaman iman manusia akan Tuhan yang begitu baik
kepada manusia. Tuhan yang menciptakan manusia itu tidak akan membiarkan
ciptaanNya musnah. Tuhan senantiasa melindungi dan memberikan yang
terbaik bagi manusia. Inilah keyakinan yang mesti selalu dipegang teguh
dalam perjalanan hidup manusia.
Mengapa persoalan-persoalan selalu menjadi bagian dari orang
yang kurang percaya? Karena Tuhan dijauhkan dari hidup mereka. Mereka
kurang punya pengharapan akan Tuhan yang begitu baik dan murah hati.
Tuhan telah memberi segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini.
Tetapi manusia seringkali menggerutu, ketika terjadi sesuatu yang kurang
baik atas dirinya. Manusia kurang percaya kepada Tuhan.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa
ketergantungan kita kepada Tuhan menjadi suatu kemutlakkan. Orang
beriman itu orang yang senantiasa menaruh harapannya pada Tuhan. Orang
beriman itu orang yang senantiasa menyerahkan seluruh hidupnya kepada
penyelenggaraan Tuhan.
Karena itu, kita diajak untuk senantiasa menaruh harapan kita
pada Tuhan. Kita mesti yakin dan percaya bahwa hanya Tuhan yang
menyelenggarakan hidup ini bagi kita. Suka dan duka yang kita alami
mesti membawa kita pada iman yang benar dan tulus kepada Tuhan. Mari
kita hidup dalam pengharapan akan Tuhan. Dengan demikian, hanya Tuhanlah
tumpuan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Pertanyaan-Pertanyaan Refleksi:
1. Dalam terang iman, siapa harapan hidup Anda?
2. Sampai sejauh mana Anda menaruh harapan padanya?
3. Mengapa Anda berani menaruh harapan padanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar